Sabtu, 14 Januari 2012

Kotbah Ekspositori - Apa Yang Akan Terjadi Di Tahun Ini? (Pengkotbah 3:11)


 Kotbah Ekspositori - Pdt. Rudy R. Sirait, S.Th, MA.CE

Apakah Yang Akan Terjadi Di Tahun Ini?
(Pengkotbah 3:11)


Introduksi.

            Saya prihatin terhadap beberapa orang yang mendatangi para normal untuk menerawang nasib atau mempercayai apa yang dikatakan oleh horoscop tentang sesuatu yang akan terjadi pada dirinya di tahun ini. Hati saya kian bertambah miris dengan semaraknya berbagai mass media yang ikut-ikutan mempropagandakannya, padahal negara kita adalah negara yang percaya kepada Tuhan. Lihatlah di televisi para peramal menjadi nara sumber untuk memaparkan apa hasil terawangnya tentang peristiwa yang akan terjadi di tahun ini. Melalui pesan singkat atau SMS dengan cara mengetik ”reg lalu spasi dan seterusnya” adalah cara yang paling praktis dan ekonomis untuk mengetahui nasib, perjodohan dan peruntungan.
            Tuhan adalah pencipta dan kita adalah makhluk ciptaan-Nya. Segala sesuatu diciptakan tentu ada maksudnya. Untuk mengetahui sesuatu diciptakan haruslah menanyakan kepada Sang Pencipta karena hanya Dia saja yang mengetahui persis maksud dan tujuan makhluk diciptakan-Nya. Amatlah naif bila sebuah kursi menanyakan kepada kursi lainnya maksud dan tujuan ia diciptakan, apalagi menanyakan kepada makhluk ciptaan lainnya. Sebagai makhluk ciptaan maka seharusnya manusia datang menanyakan kepada Tuhan Sang Pencipta mengenai maksud dan tujuan ia diciptakan, bukan kepada para normal atau zodiak bintang. Memang ada manusia yang memiliki kemampuan untuk meramal atau menerawang, tetapi apakah hasilnya selalu benar? Alkitab berisi perkataan dari Tuhan yang tidak mungkin salah. Dan Alkitab dibukukan untuk menjadi panduan bagi umat manusia untuk mengetahui masa depan dan kepastian tentang hidupnya. Ironisnya, banyak orang yang tidak sudi melihat apa yang dikatakan oleh Kitab suci, bahkan cendrung meremehkannya isinya.

Apakah yang dikatakan oleh Alkitab perihal yang akan terjadi di tahun ini dalam kehidupan anda secara pribadi?

1.       Keindahan (ayat 11a).

-      Tuhan berjanji bahwa, ”Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Bacalah dengan iman ayat 11 ini dan silahkan meng-amin-kannya, maka hal itu aakan terjadi sesuai dengan imanmu. Raja Salomo seorang yang bijaksana dan hidup takut akan Tuhan sudah menegaskan bahwa segalanya menjadi indah, pada waktu yang tepat sesuai dengan kehendak Allah. Salomo tidak menyatakan ”segalanya itu indah” melainkan segalanya saling bekerja sama sesuai dengan rencana Allah, menuju kepada kebaikan dan keindahan.
-     Alkitab menjelaskan perihal makna ”indah” dalam berbagai pengertian. Pertama, Aspek Komprehensif. Kata ”indah” mengacu pada pengertian: utuh atau komplit. Misalkan, anggota tubuh yang tidak berfungsi atau hilang satu itu diartikan tidak indah. Persembahan yang utuh dan komplit adalah persembahan yang tidak bercatat cela. Persembahan Kain tidak diindahkan oleh Tuhan, bukan karena sarana yang dipersebahkan melainkan karena Kain tidak utuh atau tidak tulus hati memberi persembahan bagi Tuhan, berbeda dengan persembahan Habel (Kej. 4:5). Keindahan pertumbuhan jasmani para taruna muda terjadi karena asupan makanan yang utuh dan komplit (band. Za. 9:17).
-      Aspek kedua adalah Aspek Kohesif. Kata ”indah” menunjuk kepada pengertian: serasi, seimbang atau harmonis. Bila dalam gerak jalan atau baris berbaris ada yang tidak serasi langkahnya maka pastinya tidak terlihat indah. Musik yang harmonis terdiri dari berbagai alat musik yang berbeda satu sama lain, baik bunyi maupun cara memainkannya. Tetapi karena dipadu secara harmonis maka menghasilkan nada yang terdengar indah oleh telinga. Begitu pula dengan kerukunan atau keharmonisan yang tercipta dalam suatu kumpulan jemaat, adalah suatu keindahan di mata Tuhan. Pantaslah bila di kumpulan seperti itulah Tuhan memerintahkan berkat dan kehidupan untuk selama-lamanya (band. Mzm. 133:1).
-      Aspek ketiga adalah Aspek Kepribadian. Kata ”indah” bukan menunjuk kepada kecantikan luar (outer beauty) melainkan kecantikan dalam (inner beauty). Keindahan atau kecantikan seorang isteri bukan semata dikarenakan mutiara yang dipakainya - outer beauty, tetapi karena kepribadiannya - inner beauty (band. Ams. 12:4; 31:10-31). Konon menurut catatan sejarah, wajahnya Paulus tidak rupawan, hidungnya besar dan tidak serasi dengan mukanya, tetapi jemaat menyambutnya sama seperti menyambut malaikat Allah (band. Gal. 4:14). Begitu pula dengan kedatangan para pembawa kabar baik (lihat Yes. 52:7: Rm. 10:15). Tentunya keindahan yang dimaksudkan di sini bukan karena wajah mereka yang rupawan dan penampilan mereka yang menawan. Bukan pula semata karena kotbah atau pesan yang disampaikannya menarik dan lucu, tetapi karena kehidupan dari pembawa kabar baik tersebut. Jadi, ”indah” yang diperbuat oleh Tuhan atas kita mengacu kepada pengertian kesempurnaan yang utuh atau keindahan surgawi yang melebihi keindahan yang bersifat jasmaniah. Dan keindahan itu menuntut suatu proses yang akan terjadi selaras dengan waktunya Tuhan. Kita harus mau bekerja sama dalam proses kerja Allah dan menyakini bahwa kelak akan menjadi indah tepat pada waktu-Nya. Bagian Tuhan akan menggenapi janji keindahan itu, sementara bagian kita menunggu janji itu untuk digenapi.
-      Sejujurnya saja, kita kerap memusatkan perhatian pada hal-hal yang salah. Kita melihat ular yang menjijikkan atau kepompong yang jelek, padahal Allah mewujudkan kupu-kupu yang indah. Kita kerap melihat suatu proses yang menyakitkan dan membosankan padahal Allah menyediakan hasil dari proses itu. Kita mementingkan bagian luar sementara Allah mementingkan apa yang di dalam hati. Camkanlah bahwa Ia akan membuat segalanya menjadi indah!


2.   Pengharapan (ayat 11b).

-     Hal yang kedua yang dikerjakan oleh Allah di tahun ini kepada anak-anak-Nya adalah memberikan pengharapan hidup. Kata ”kekekalan dalam hati” dalam ayat 11b, menunjuk kepada suatu keinginan secara terus menerus untuk mengetahui hasil akhirnya. Keinginan kuat dalam diri atau ”kekekalan dalam hati” itu rupanya berasal dari Tuhan dan merupakan anugerah dari Tuhan. Hal ini menunjuk kepada suatu pengharapan. Pengharapan adalah sesuatu yang didambakan akan terjadi. Manusia yang tidak memiliki pengharapan, mudah untuk dikuasai oleh apa yang sedang terjadi. Kehidupannya semata terfokus kepada apa yang sedang, bukan apa yang akan terjadi nantinya. Karena ia berorientasi melihat apa yang sedang terjadi dan tidak memiliki kemampuan untuk melihat hasil akhir, maka secara psikis ia mengalami kerapuhan. Akibatnya timbul perasaan gagal atau sia-sia yang mengarah kepada frustasi, depresi bahkan bisa saja bunuh diri.
-    Kata ”bahkan” dalam ayat ini menegaskan bahwa keberadaan suatu pengharapan jauh melebihi keindahan lahiriah maupun materiah yang kita miliki. Harapan adalah kekuatan yang menjamin keberhasilan hidup manusia, baik pada masa kini maupun masa yang akan datang. Seseorang yang memiliki harapan akan memiliki semangat untuk hidup. Semangat itulah yang akan memampukannya untuk terus bertahan hidup, walaupun saat itu ia sedang terapung-apung di tengah lautan lepas. Bilamana pasien sudah tidak lagi memiliki semangat untuk hidup, walaupun penyakitnya tidak parah, bahkan ditangani oleh dokter sekaliber apapun, sebenarnya ia hanya tinggal menunggu waktu untuk meninggal dunia. Bisnisman yang tidak lagi memiliki semangat terhadap bisnis yang sedang digelutinya, sebaiknya segera menghentikan dan beralih ke bisnis lain yang mana ia bergairah untuk mengerjakannya. Dalam bidang apapun, semangat itu diperlukan, karena itulah Paulus memberi dorongan agar “roh kita senantiasa menyala-nyala” untuk hidup sebagai pelayan Allah (lihat Rm. 12:11).   
-     Pengharapan juga sebagai jaminan untuk beroleh hidup kekal. Manusia tidak dituntut untuk berhasil dalam kehidupan saat ini saja, tetapi kerinduan Allah terhadap umat-Nya agar mereka juga berhasil dalam kehidupan di masa kekekalan. Di planet bumi, kita hanya hidup beberapa puluh tahun saja, tetapi milyaran tahun kita akan hidup di planet kekekalan. Pertanyaannya, sudahkan kita memiliki pengharapan yang pasti untuk menuju ke sana? Yesus adalah pengharapan bagi setiap manusia yang percaya kepada-Nya. Pengharapan kepada Yesus menjadikan manusia berdosa tidak lagi mengalami kematian kekal sebab ada janji yang pasti diberikan bagi setiap orang yang menaruh pengharapan kepada-Nya. (band. Yoh. 3:16; 14:6; Kis. 4:12). Dan pengharapan itu bukan didapatkan oleh karena usaha manusia secara pribadi, tetapi diberikan secara cuma-cuma bagi setiap manusia yang berharap kepada-Nya. Haleluya!


3.       Misteri (ayat 11c).

-       Dalam kehidupan ini selalu saja ada misteri kehidupan yang pastinya sulit untuk dimengerti secara akal budi. Dengan kemampuan akali, manusia berupaya untuk memecahkan misteri yang terjadi, tetapi nyatanya manusia tidak mampu mengatasinya. Terhadap orang yang menaruh kepercayaan kepada Tuhan, bukan berarti misteri itu ditiadakan, tetapi Tuhan memberikan kemampuan untuk menerimanya dengan penuh ketabahan.
-      Suatu misteri bukan menunjuk ketidak-adaan tetapi ketidak-tahuan. Kisah ini semoga menolong kita untuk memahami suatu misteri. Noah yang baru duduk di kelas 2, diajar oleh gurunya berhitung sampai pada perkalian angka 9. Ketika ditanya tentang perkalian di bawah angka sembilan, maka Noah mampu menjawabnya. Berapa 3 kali 5? Dengan lugas Noah menjawab, ”Lima belas.” Lalu, berapa 6 kali 7? Dengan tangkas Noah menjawab, ”Empat puluh dua.” Selanjutnya ditanya, berapa 11 kali 2? Sejenak merenung, lalu Noah menjawab, ”tidak ada!” Noah menjawab ”tidak ada” bukan karena perkalian 11 kali 2 itu tidak ada, tetapi karena dia belum diajar oleh gurunya perkalian di atas angka 9. Karena Noah "tidak tahu" maka ia menjawab, "tidak ada." Terkadang kita juga bersikap seperti Noah, kita tidak tahu tentang sesuatu, lalu kita menyatakan bahwa itu tidak ada. Hidup itu penuh misteri. Dan di tahun ini kita tidak mengetahui misteri apa yang akan terjadi, tetapi kita harus siap untuk menerimanya. Suatu misteri kehidupan memang sulit untuk dinalar, tetapi Tuhan akan memberi kemampuan bagi kita untuk menerimanya dengan penuh kerelaan dan ketabahan, hingga tiba saatnya misteri itu terpecahkan dengan sendirinya. Selamat tahun baru dan selamat menerima sesuatu yang baru. Tuhan beserta kita.


Jumat, 13 Januari 2012

Kotbah Ekspositori - Beritakanlah Firman Tuhan (2 Timotius 4:1-5)

  Kotbah  Ekspositori - Pdt. Rudy R. Sirait, S.Th, MA.CE  


Beritakanlah Firman Tuhan
(2 Timotius 4:1-5)


Introduksi. 
           
            Setiap hendak memarkirkan mobil selalu saja pak pendeta mengalami persoalan padahal sudah disediakan tempat parkir untuk kendaraannya. Persoalannya dikarenakan, para pengunjung gereja menggunakan tempat parkirnya seenaknya sendiri, walaupun dengan jelas ada tanda peringatan larangan untuk memarkirkan kendaraan di tempat itu. Awalnya pak pendeta mengira bahwa tandanya kurang jelas sehingga ia minta ditambahkan dengan kalimat penegasan, ”Disediakan khusus untuk Pendeta.” Walaupun larangan sudah diberikan, para pengunjung gereja masih saja tidak mengindahkannya. Mungkin diperlukan tanda yang lebih tegas lagi, pikir sang pendeta. Kemudian ia mengubah dengan kalimat yang lebih tegas, "Tuhan menyediakan tempat ini hanya untuk hamba-Nya". Namun hal ini pun tidak membuahkan sesuatu yang diharapkan.
            Dalam keadaan kesal dan sebal tampaknya pak pendeta mendapatkan suatu ide yang cemerlang dan memang hasilnya sangatlah memuaskan karena sejak dipasang tanda larangan yang terakhir itu, tidak seorang pun jemaat yang memarkir lagi mobilnya di tempat khusus itu. Tahukan anda apa kalimat yang tertera dalam tanda larangan parkir tersebut? Bunyi demikian, "Siapa yang memarkirkan mobilnya di tempat ini diharuskan berkhotbah pada hari Minggu berikutnya.
            Melalui pembahasan dalam nats ini, setiap kita diingatkan kembali akan hak dan tanggung jawabnya dalam memberitakan firman Tuhan. Mengapa firman Tuhan harus diberitakan secara benar? Untuk memudahkan kita mengingatnya, ada 3 M yang menjadi alasannya.

Apakah yang menjadi alasan mengapa kita harus memberitakan firman Tuhan?

1. Mandat Allah (ayat 1-2).

-          Panggilan berkotbah adalah panggilan setiap orang percaya. Memang dalam surat ini secara khusus Paulus memberi mandat kepada Timotius untuk memberitakan firman Tuhan, tetapi perintah atau mandat untuk memberitakan firman Tuhan, bukan berasal dari Paulus, tetapi dari Allah (lihat ayat1-2 band. Mat. 28:18-20; Mrk. 16;15; Kis.1:8). Begitu pula cakupannya, bukan semata ditujukan kepada Timotius, tetapi juga ditujukan kepada setiap orang percaya, karena setiap orang percaya adalah imamat yang rajani (band. 1 Ptr. 2:9). Ini konsep yang baru dan berbeda dengan era dalam Perjanjian Lama di mana pemberita firman Tuhan hanya sebatas kepada orang-orang tertentu (imamat meditorial).
-         Setiap orang percaya berhak dan bertanggung jawab untuk memberitakan firman Tuhan. Tetapi sebagai pemberita ada hal penting yang perlu diketahui agar memiliki pemahaman yang benar dalam memberitakan firman Tuhan. Nats di atas menunjukkan, ada empat hal yang perlu dicermati di balik perintah Allah demi terwujudnya kesadaran dari segenap umat untuk memberitakan firman Tuhan. Pertama, perintah ini bersifat penting dan mendesak. Paulus berkata, ”aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu” (ayat 1b). Mengingat penting dan mendesaknya pemberitaan firman Tuhan maka Paulus menegaskan agar pelaksanaannya tidak boleh ditawar-tawar, baik dalam situasi dan kondisi apapun – ”siap sedialah baik atau tidak baik waktunya” (band. ayat 2). Dan dua hal yang menjadi alasan mengapa pemberitaan firman Tuhan itu bersifat penting dan mendesak, yaitu: pertama, karena pemberitaan firman Tuhan membahas masalah kehidupan Allah sendiri (ayat 1) dan kedua, pemberitaan firman Tuhan membahas masalah kehidupan jemaat Tuhan (ayat 2-4).
-    Kedua, perintah ini bersifat sakral – ”Di hadapan Allah dan Kristus Yesus...” (ayat 1a). Perintah ini kian menjadi sakral di mana Paulus mengungkapkan pernyataan, ”Demi penyataan-Nya dan demi kerajaan-Nya” (ayat 1c). Gagasannya seperti seseorang yang sedang bersumpah!
-    Ketiga, perintah ini bersifat imperative bukan alternative. Dalam gramatikal Yunani ditegaskan bahwa perintah untuk memberitakan firman Tuhan bersifat wajib untuk dilaksanakan, bukan bersifat usulan atau sekedar saran. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menekankan perintah itu dengan menggunakan partikel ”lah.” Partikel ”lah” berfungsi untuk memberi penegasan terhadap kata yang ada di depannya. Jadi, perintah memberitakan firman Tuhan perlu untuk ditaati oleh umat Tuhan secara seksama.
-    Dan yang keempat, perintah ini harus dilakukan dengan penuh semangat. Kata Yunani ”kerrusso” yang diterjemahkan ”beritakanlah..” (ayat 2), sebuah kata kerja yang berarti ”memproklamirkan”. Penggunaannya untuk menunjukkan seorang utusan yang diutus oleh Raja untuk menyampaikan berita yang sangat penting dan mendesak untuk diketahui oleh segenap masyarakat. Seorang pemberita firman Tuhan harus bersemangat dan bersuka cita saat menyampaikan firman Tuhan. Ia juga harus menyadari bahwa dirinya adalah utusan yang harus mewakili dan menyampaikan sesuatu dari sang pengutus, bukan menyampaikan sesuatu dari dirinya.


2. Mendatangkan Keselamatan (ayat 3-4).

-         Alkitab adalah berita keselamatan dan kebenaran Allah yang memerdekakan (lihat ayat 4 band. Yoh. 8:32). Firman itu harus diberitakan kepada setiap orang agar menjadi pedoman bukan  sebagai kenang-kenangan, sehingga iman mereka bertambah kian dewasa (Rm. 10:17) dan tidak bercacat cela (1 Tim. 6:14). Barang siapa yang menerima firman Tuhan yang didengar saat firman itu diberitakan akan menjadi "alat pacu" untuk meresponi keselamatan dan pemateraian Roh Kudus (Ef. 1:13). Dan penghayatan terhadap firman Tuhan akan membuat hidupnya kian bertambah baik (lihat Kis. 17:11). Begitu pula dengan damai sejahtera yang menyelubungi hati adalah hasil yang diperoleh akibat penerimaannya akan firman Tuhan.
-         Timotius memiliki seorang ayah kafir, tetapi ibunya Eunike dan neneknya Lois adalah orang percaya yang menuntun dia kepada keselamatan (band. 2 Tim. 1:5). Firman Tuhan yang diajarkan kepadanya sejak di usia dini menyebabkan Timotius meresponi keselamatan dari Allah (baca 2 Tim. 3:15b; band. Ef. 1:13; Rm. 10:14-15). Selanjutnya, Paulus kian melengkapi Timotius dengan pengajaran yang benar dan pola hidup yang selaras dengan kebenaran firman Tuhan (band. 2 Tim. 3:10, 14).
-        Penginjil terkenal di era tahun 70-an, Billy Graham pernah melakukan ”check sound” sebelum kotbah KKR di stadion Wembley, Inggris. Dia menyuruh seorang ”cleaning service” di stadion itu untuk mendengar kejelasan suaranya tanpa menggunakan micro phone. Kemudian Billy Graham memperkatan Injil Yohanes 3:16, setelah yang ketiga kalinya ayat itu diperkatakan oleh Billy Graham spontan pembersih stadion itu datang menghampiri lalu tersungkur sambil menangis untuk meminta agar Billy Graham sudi membaptiskan dirinya.
-    Ijinkan saya mengingatkan anda bahwa kebutuhan manusia yang utama adalah keselamatan. Apalah artinya kaya raya hidup di dunia, tetapi menderita sensara di neraka. Hidup di dunia adalah sementara, setelah kita wafat, belum berakhir segalanya. Masih ada dunia kekal yang mana setiap orang akan menuju ke sana. Saat ini kita hidup di dunia hanya sementara, tetapi bermilyaran tahun kita akan hidup di "planet" kekekalan. Sudahkan anda memastikan bahwa nantinya anda berada di planet kehidupan kekal (surga) atau di planet kematian kekal (neraka)? Surga dan neraka bukan ditentukan nanti, tetapi sekarang. Selagi kita hidup pada dasarnya kita sedang memilih suatu tempat di mana kita nanti berada. Jangan sampai terlewatkan, menyesal kita nantinya.


3. Mentransformasikan Kehidupan (ayat 5).

-         Mari sejenak kita mencermati kisah nyata di bawah ini, sehingga segar kembali untuk mengikuti pembahasan dalam poin ini. Seorang Ateis berkata kepada seorang kepala suku di Afrika ketika melihat anaknya sedang membaca Alkitab. Dengan sikap mengejek ateis tersebut sesumbar berkata, ”Kenapa kau ijinkan anakmu membaca Alkitab, itu buku jelek dan tidak masuk akal,” Lalu kepala suku berkata kepada Ateis itu, ”Karena Alkitab yang telah dibacanya itu maka kehidupannya mengalami perubahan. Sebelumnya ia adalah seorang yang jahat, pemarah dan penuh kebencian, tetapi sekarang ia berubah secara drastis. Kalau dahulu, bila dia melihat kamu bersikap seperti ini, pasti kamu sudah dimakannya karena sebelumnya dia adalah seorang penjagal manusia. Kalau Alkitab itu buku yang jelek dan tidak baik kenapa hidupnya bisa menjadi lebih baik?”
-        Kondisi manusia di saat Paulus menuliskan surat ini, sedang mengalami kemerosotan moral. Ada 19 ciri kemerosotan moral yang sedang terjadi saat itu, yaitu: mencintai diri sendiri, pendusta, sombong dan lainnya (baca selengkapnya dalam 2 Tim. 3:1-9). Paulus menegaskan bahwa kemerosotan moral itu dapat diantisipasi melalui pemberitaan firman Tuhan yang akan mentransformasikan kehidupan bagi siapa saja yang dengan segenap hati mendengarnya (2 Tim. 3:16-17 band. Rm. 10:17). Itu artinya, tidak satu pun buku yang dapat mengubahkan hidup manusia kecuali Alkitab.
-        Tetapi Paulus juga menegaskan bahwa upaya transformasi kehidupan itu harus dibarengi dengan cara penyampaian firman Tuhan yang baik dan benar serta keteladan hidup dari sang pengkotbah yang mencerminkan firman Tuhan yang telah dikotbahkannya. Frase ”kuasailah dirimu dalam segala hal” (ayat 5), memberi indikasi bahwa bahwa pengkotbah bukan semata menguasai teknik berkotbah tetapi juga mampu menguasai prilakunya. Dalam suratnya yang lain, Paulus mengingatkan Timotius akan konsekuensi penolakan dari jemaat bila hidupnya tidak seperti yang dikotbahkannya (lihat 1 Tim. 4:16 band. 1 Kor. 9:27). Bukankah kotbah yang hidup itu adalah kehidupan dari sang pengkotbah itu sendiri? Gagasan itulah yang sedang ditekankan oleh rasul Paulus melalui teks ini, sehingga kehidupan umat Tuhan mengalami transformasi oleh pemberitaan firman Tuhan. So, preach the Word of God!

Mesias Yang Dinubuatkan Itu Sudah Datang


 Mesias Yang Dinubuatkan Itu Sudah Datang 
 Oleh: Pdt. Rudy R. Sirait, S.Th, MA.CE 



Konon katanya Ronggo Warsito orang pintar dari Jawa Tengah itu bisa meramal tentang tanggal kematiannya secara tepat. Memang ada beberapa manusia yang mampu meramal apa yang akan terjadi dalam kehidupannya. Tetapi belum pernah ada dan tidak akan pernah ada seorang pribadi yang hidupnya sedemikian penuh dengan nubuatan, seperti Yesus Kristus.
Pemahaman kita tentang Pribadi dan karya Yesus Kristus yang diinformasikan oleh Perjanjian Baru tidak akan dapat menjelaskan secara komprehensif bila tidak didukung atau dilandasi oleh Perjanjian Lama. Dalam artian lain, doktrin Kristologi dalam Perjanjian Baru tidak akan utuh (solid) bila tidak melihat latar belakang Perjanjian Lama. Oleh karena itu sangatlah perlu memperhatikan aspek nubuatan Perjanjian Lama tentang Yesus Kristus yang secara akurat digenapi dalam Perjanjian Baru.


1. Nubuatan Tentang Kelahiran Yesus Kristus.

            Perjanjian Lama sangat jelas menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang dalam bahasa Ibraninya disebut sebagai Elohim. Dalam nubutan tentang penjelmaan-Nya, Yesus disebut sebagai Elohim (Tuhan) yang perkasa (lihat Yes. 9:5-6). Perjanjian Baru menyatakan bahwa Elohim yang dinubuatkan itu sama dengan Theos dalam Perjanjian Baru (band. Rm. 15:6; Ef. 5:5, 20; 2 Ptr. 1:1).
            Zakaria menyebutkan bahwa yang ditikam oleh bangsa Israel adalah Allah yang juga lazim dalam bahasa Ibrani disebut dengan Yahweh (Za. 12:8-10). Rasul Yohanes menguraikan dan menunjukkan bahwa Yesus adalah Yahweh (Why. 1:7). Raja Daud juga menegaskan tentang suatu kenyataan yang akan dialami oleh Yahweh (Mzm. 68:19). Selanjutnya dalam Perjanjian Baru, Paulus menegaskan bahwa kenyataan yang dialami oleh Yahweh itu terjadi pada Yesus Kristus (Ef. 4:8-10).
            Nabi Yesaya menubuatkan bahwa yang dijanjikan Allah sebagai pengharapan Mesias dalam Perjanjian Lama dipanggil sebagai Yahweh dan Elohim (Yes. 40:3). Dalam Lukas 3:4-6, dijelaskan secara seksama bahwa umat Allah diperingatkan untuk menyediakan jalan bagi Kurios atau Yahweh dan kelak semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan (Theos).
            Adonai adalah sebutan Perjanjian Lama yang dipakai dengan pengertian Tuhan maupun Tuan (Mzm. 110:1). Perjanjian Baru secara eksplisit menyatakan bahwa Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Tuan bagi seluruh manusia dan malaikat ciptaan Allah (band. Mat. 22:44; Mrk. 12:36; Luk. 20:43; Kis. 2:34-35; Ibr. 1:13; 10:1).
            Sebutan lainnya untuk Allah dalam Perjanjian Lama adalah Imanuel (Yes. 7:14). Asumsi bahwa Imanuel adalah anak dari Raja Ahas atau anak Nabi Yesaya akan menjadi runtuh dan berbenturan bila melihat dua hal ini, yakni: Pertama, Imanuel dilahirkan oleh seorang perawan (Yes. 7:14). Pemakaian kata ganti feminine (of whom) yang dipakai oleh Matius menunjukkan serta menegaskan bahwa kelahiran Yesus hanya dari Maria saja, tidak sama sekali dari Yusuf (band. Mat. 1:16). Kedua, adanya predikat agung yang lazim menjadi sebutan bagi  Allah dan tidak mungkin disandang oleh manusia biasa yaitu: Penasihat ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal dan Raja damai (lihat Yes. 9:5-6). Mana mungkin dua hal di atas bisa dihubungkan untuk anak Raja Ahas atau pada manusia lainnya? Dalam Perjanjian Baru, Matius menyatakan secara tegas bahwa Imanuel yang dimaksudkan oleh nabi Yesaya itu adalah Yesus Kristus (lihat Mat. 1:23).


2. Nubuatan Tentang Kelahiran Yesus Kristus.

            Kelahiran Yesus Kristus pertama kali dinubuatkan setelah manusia pertama Adam dan Hawa jatuh dalam dosa. Musa memberi indikator perihal jenis kelamin-Nya yang adalah seorang laki-laki dan benih-Nya adalah dari Roh Kudus, bukan berasal dari benih sperma manusia yang dilahirkan oleh seorang perawan (Kej. 3:15).
            Sekitar tujuh ratus tahun sebelum kelahiran-Nya, nabi Yesaya mengulang nubuatan itu bahwa Yesus akan dilahirkan oleh seorang perawan (Yes. 7:14). Dua ratus tahun kemudian nabi Mikha memastikan bahwa Bethlehem adalah kota tempat kelahiran Sang Mesias (Mi. 5:1). Tampaknya nubuatan tentang kelahiran-Nya menjadi berita dan ajaran yang ramai didiskusikan dan dinantikan oleh umat Allah pada saat itu (Dan. 9:25-27).
Untuk memastikan bahwa yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama itu adalah Yesus Kristus maka Perjanjian Baru mendasari argumentasi dengan mencantumkan silsilah Yesus Kristus. Matius mendata silsilah menurut garis keturunan dari Maria, ibu-Nya Maria (Mat. 1:1-17), sedangkan Lukas mendata silsilah-Nya menurut garis keturunan dari Yusuf (Luk. 3:23-38). Pencatatan silsilah bersifat penting dalam memastikan nubuatan Perjanjian Lama. Silsilah juga sebagai pembuktian bahwa nubuatan Perjanjian Lama sangat jelas dan secara akurat digenapi dalam Kristus Yesus.
            Ada beberapa hal lainnya yang dinubatkan oleh Perjanjian Lama tentang kelahiran-Nya dan secara tepat digenapi dalam Perjanjian Baru. Pertama, Perjanjian Baru juga secara tepat menyebutkan Betlehem sebagai tempat kelahiran Yesus yang telah dinubuatkan oleh Perjanjian Lama (Mat. 2:4-6; Luk. 2:4-6 band. Mi. 5:1). Kedua, Perjanjian Baru juga secara tepat menyebutkan tanda kelahiran-Nya melalui perawan atau anak dara. Hal ini memastikan bahwa nubuatan Musa dan Yesaya sangat tepat menunjuk kepada Yesus Kristus (Mat. 1:22 band. Kej. 3:15; Yes. 7:14).
            Pemahaman bahwa istilah “anak dara” atau “perawan” menunjuk kepada pengertian kehamilan seorang perempuan yang masih muda belia semata akan berbenturan atau kontradiksi dengan informasi bahwa perawan itu bukan hamil oleh benih sperma manusia tetapi dari benih Roh Kudus (band. Mat. 1:18). Matius memberi penegasan bahwa Maria tetap perawan selama mengandung Yesus karena ia tidak pernah bersetubuh dengan Yusuf suaminya sampai ia melahirkan Yesus Kristus (lihat Mat. 1:25).
            Membicarakan perihal “keperawanan” Maria, pastilah beresiko tinggi timbulnya rasa ketidak-puasan mengenai logis dan praktisnya. Menurut hemat saya, itu adalah hal yang wajar dan itulah yang dinamakan misteri. Misteri bukan tidak ada faktanya, tetapi tidak mengetahui faktanya secara seksama; bukan faktor tidak ada, tetapi tidak tahu. Makanya ada pernyataan bijak berkata demikian, “Bila kita membicarakan pribadi dan karya Allah, maka kita bisa kehilangan akal budi, tetapi bila kita mengabaikannya maka kita akan kehilangan hidup kekal.” Dan Alkitab secara tegas menyatakan bahwa Allah bukan untuk dimengerti, melainkan untuk dipercayai.
            Hal ketiga, tahun kelahiran Yesus yang dinubuatkan oleh Perjanjian Lama juga digenapi secara pasti dalam Perjanjian Baru. Yesus Kristus dilahirkan sebelum kejatuhan Yerusalem (Kej. 49:10). Sejarah mencatat bahwa kejatuhan Yerusalem terjadi pada tahun 70 Masehi oleh jendral Titus. Daniel bernubuat perihal tujuh puluh kali tujuh masa. Dan enam puluh sembilan kali tujuh masa secara akurat sudah digenapi hingga saat kematian Kristus di kayu salib (Dan. 9:24-27). Masa tribulasi yang kelak terjadi setelah kedatangan Yesus menjemput gereja-Nya di awan-awan permai adalah penggenapan satu kali tujuh masa yang tersisa itu.


3. Nubuatan Tentang Kehidupan Yesus Kristus.

            Perjanjian Lama menubuatkan bahwa kedatangan dan pelayanan Yesus Kristus di dunia diawali oleh seorang utusan (Yes. 40:3; Mal. 3:1). Perjanjian Baru menyebutkan bahwa utusan yang mendahului-Nya itu adalah Yohanes Pembaptis (Mat. 3:3; 11:10-11; Mrk. 1:2; Luk. 7:27).
            Selama hidup di dunia, Yesus Kristus menggenapi fungsi dan pekerjaan-Nya sebagai Nabi seperti yang dinubuatkan oleh Perjanjian Lama (Ul. 18:15-18), dan semuanya itu secara tepat digenapi dalam Perjanjian Baru (Yoh. 1:21; 4:29; 5:46; 8:28; 14:24; Kis. 3:20-23). Mesias juga disebut sebagai Raja (Kej. 49:10; Bil. 24:17; 2 Sam. 7:12-16) dan digenapi dalam Lukas 1:31-33. Fungsi-Nya sebagai Imam yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama (1 Sam. 2:35; Mzm. 110:4; Za. 6:13) dan nubuatan itu digenapi dalam kitab Ibrani 5:6.
            Nabi-nabi Perjanjian Lama juga menubuatkan kehidupan Yesus Kristus akan ditandai banyak mujizat (Yes. 35:5-6 band. Yoh. 5:36). Dan hampir separuh isi Injil mencatat perihal nubuatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Yesus mengajar dengan penuh kuasa (Mat. 7:28; 22:33; Mrk. 11:18; 12:37) persis seperti yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya (Yes. 11:2-3).


4. Nubuatan Tentang Kematian, Kebangkitan Dan Kenaikan Yesus ke Surga.

          Nubuatan tentang kematian Yesus Kristus terdapat di dalam banyak nats dalam Perjanjian Lama, khususnya dalam Mazmur 22 dan Yesaya 53. Nabi Yesaya bernubuat bahwa Yesus ditolak oleh umat-Nya (Yes. 53:3). Nabi Zakaria menubuatkan bahwa Yesus dijual seharga tiga puluh keping perak (Za. 11:12).
            Ketika dihadapan para penuduh Yesus tetap diam (Yes. 53:7). Dihina dan dihindari (Yes. 53:3). Tangan dan kaki-Nya ditusuk (Mzm. 22:17). Diberi minum anggur masam (Mzm. 69:22). Lambung-Nya ditikam (Za. 12:10). Pakaian-Nya diundi (Mzm. 22:19). Yesus dibuburkan di antara orang mati (Yes. 53:9). Menjadi korban persembahan untuk menanggung dosa manusia (Yes. 53:5-12). Dibangkitkan dari kematian pada hari yang ketiga (Mzm. 16:10) dan naik ke surga serta duduk di sebelah kanan Allah Bapa (Mzm. 68:19). Dan semua nubuatan-nubuatan Perjanian Lama perihal kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga sudah digenapi dan dicatat secara jelas dalam kitab Perjanjian Baru.
            Tidak satupun nubuatan Perjanjian Lama tentang kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus Kristus ke surga yang tidak digenapi dalam Perjanjian Baru. Secara komplit, akurat dan tegas mereka menyatakan nubuatan dan memberi informasi tentang penggenapan nubuatan itu tepatnya hanya kepada Yesus Kristus. Hal itulah yang mendorong saya untuk menyimpulkan bahwa secara keseluruhan isi atau tema dari Alkitab adalah Yesus Kristus. Isi atau tema Perjanjian Lama adalah nubuatan Yesus Kristus, sedangkan isi dari Perjanjian Baru adalah penggenapan-Nya. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk meragukan bahwa Mesias yang dijanjikan Allah itu adalah Yesus Kristus. Pemahaman anda akan hal ini mendorong lahirnya sikap, semangat dan kekhusukan dalam menyambut hari kelahiran-Nya di muka bumi ini.

Benarkah Alkitab Telah Diubahkan?



Benarkah Alkitab Telah Diubahkan?
Oleh: Pdt. Rudy R. Sirait, S.Th, MA.CE

Banyak orang beranggapan bahwa Alkitab telah diubahkan. Asumsi mereka bahwa kaum Yahudi bersama dengan orang Kristen telah mengubah kitab Injil, Zabur dan Torah, sehingga tidak asli lagi. Akibatnya di mata mereka, Alkitab telah kehilangan otoritas sebagai firman Allah.
            Padahal bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa Alkitab adalah firman Allah yang tidak pernah berubah. Tuduhan-tuduhan di atas, pada hakekatnya adalah tuduhan palsu yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Karena itu sebagai umat Kristiani janganlah bungkam, tetapi harus berani berapologetika, membela dan membuktikan kebenaran Kristen tanpa arogansi dan kesombongan tentunya (band. 1 Ptr. 3 : 15).
            Dalam bagian ini saya berusaha untuk memberi pertanggungjawaban atas tuduhan-tuduhan yang melemahkan iman Kristiani melalui argumentasi ketidak berubahan Alkitab. Sehingga dicapai suatu harapan dengan terbentuknya suatu kesadaran bahwa tuduhan itu tidak benar adanya.



1. Bukti Dalam Alkitab

            Pertama, Alkitab sendiri menyatakan bahwa Allah yang mewahyukan secara khusus kepada para penulisnya (Kel. 4:14-16; 2 Sam. 23:2; 2 Tim. 2:13-14). Ditegaskan bahwa Wahyu yang keluar dari bibir-Nya tidak akan diubahkan (Mzm. 89:35). Dalam Perjanjian Baru, Yesus kembali menegaskan tidak akan terjadi satu perubahan pun dalam Hukum Taurat (Mat. 5:18).
Salah satu faktor yang menyebabkan bahwa tidak akan pernah terjadi perubahan pada Kitab suci Alkitab oleh karena Alkitab itu sendiri sebagai alat komunikasi Allah dengan umat-Nya. Tentulah Allah terlibat secara permanen dalam menjaga kelestarian firman-Nya. Paul Enns dalam bukunya berjudul The Moddy Hand book of Theology berkata bahwa, Wahyu bisa diartikan sebagai tindakan Allah, untuk menyatakan diri, mengkomunikasikan kebenaran kepada akal pikiran (manusia), sebuah cara memanifestasikan diri kepada ciptaan-Nya tentang hal-hal yang tidak bisa diketahui dengan cara lain. Karena Alkitab adalah media yang dipakai oleh Allah untuk menyatakan diri-Nya pastilah Dia sendiri akan menjaga kelestarian Alkitab tersebut. Kemakuasaan Allah tentunya tidak perlu untuk digarukan dalam hal ini.
            Kedua, ada 3808 kali dalam Perjanjian Lama berupa pernyataan secara langsung: Allah berfirman… Firman Allah… Kata Tuhan… dan ungkapan-ungkapan yang sejenis (Kel. 14:1; Ul. 32:48; Yes. 43:1; Yer. 11:1; Yl. 1:1). Perjanjian Baru juga mereferensi melalui pernyataan tegas bahwa Alkitab adalah firman Allah (Yoh.10:35; Mat. 15:6; I  Kor. 2:13; I  Tes. 2:13; Ibr. 4:12).
            Ketiga, pengilhaman tersebut meliputi per-kata, dan bukan per-bagian (Yer. 1:9; 2 Tim. 3:16; 2 Ptr. 1:21). Mencermati kata Yunani mengenai istilah diilhamkan memiliki pengertian: dinafaskan Allah atau dihembuskan oleh Allah. Gagasan, prinsip atau ilham mutlak  dan absolut berasal dari Allah. Dan seluruh penulis Alkitab menuliskan ilham dari Allah tersebut dengan gaya tulisan dan kapasitas intelektual mereka masing-masing. Tetapi di saat mereka menuliskan apa yang diilhamkan Allah kepada para penulis kitab tentunya Allah senantiasa mengontrol mereka sehingga tulisan mereka tidak salah namun benar adanya. Hal inilah yang dipahami sebagai konsep pengilhaman Alkitab.
            Keempat, Allah berfirman bahwa perkataan-Nya kekal, tidak akan berkesudahan walaupun langit dan bumi akan berubah (band. Mat. 24:32; Mrk. 13:31; Why. 14:6), Sabda Allah itu tidak mungkin berubah!


2. Bukti Akurasi Nubuatan Dalam Alkitab

Ketidak berubahan Alkitab juga bisa dibuktikan dengan penggenapan nubuatan yang terjadi dalam sejarah. Akurasi nubuatan selalu tergenapi seperti: Pertama, nubuatan bahwa Babel akan ditaklukan oleh Persia (Yes. 13:19-21), digenapi pada tahun 539 Sebelum Masehi (SM), sedangkan Yesaya yang menyampaikan nubuatan itu hidup sekitar tahun 700 SM. Kedua, nubuatan Tirus (Yeh. 26:3-14) ditulis pada tahun 600 SM, dan lima abad kemudian pada abad 13 nubutan ini digenapi ketika kaum Muslimin menyerang mereka. Ketiga, adanya banjir besar yang akan menimpa Niniwe (Nah. 2:6) ditulis abad 9 SM dan digenapi pada tahun 612 SM.
Keempat, nubuatan runtuhnya Bait Allah (Mat. 24:2) yang diucapkan oleh Yesus sekitar tahun 30 Masehi (M). Nubuatan ini kemudian digenapi pada tahun 70 M di mana Jenderal Titus menghancurkan kota Yerusalem termasuk juga penghancuran bait Allah. Sejak saat itu hingga sekarang tidak lagi ada Bait Allah yang merupakan kebanggaan bagi orang Yahudi. Beberapa penafsir berspekulasi tentang pendirian kembali Bait Allah. Memang tidak ada yang tahu kapan Bait Allah ini akan didirikan kembali, tetapi suatu hari Bait Allah akan berdiri kembali. Kitab Wahyu menginformasikan bahwa nantinya Bait Allah inilah yang menjadi wadah yang akan dipergunakan oleh Antikris untuk mengendalikan manusia di masa kesusahan (tribulasi).
Kelima, nubuatan tentang orang tua yang makan anak sendiri dalam Imamat 26:29, digenapi secara akurat. Akibat blokade dan kelaparan, Josephus menulis tentang Miriam bat Eliezer yang merebus daging putranya lalu dimakan (War of The Jews, 6:3,4). Akibat ketidak taatan kepada Yahweh, Israel dinubuatkan akan tersebar kemana-mana (Im. 26:33; Ul. 28:64). Setelah penghancuran Bait Allah yang kedua kalinya bangsa Israel mulai tersebar ke seluruh dunia. Tuhan yang penuh kasih menubuatkan bahwa bangsa Israel yang tercerai berai itu akan kembali pulang ke negeri mereka (lihat Yeh. 39:25-28; Yes. 11:11)). Nubuatan ini sudah digenapi dan akan terus menerus digenapi. Israel terbentuk sebagai bangsa lebih dari 3.000 tahun, lalu mereka tercerai berai selama 2.000 tahun. Tanggal 14 Agustus 1948 menjadi catatan sejarah di mana Israel menjadi bangsa yang merdeka secara nasional. Ajaibnya, Israel tetap utuh sepanjang zaman meskipun mereka sempat tercerai berai. Bangsa-bangsa kuno yang demikian sudah punah, tetapi Israel survive.  Selama hampir 2.000 tercerai berai tanpa ada organisasi nasional, tanpa tanah air, tanpa negara dan tanpa kekuatan politik tetapi tetap utuh; mereka tidak terserap karena direservasi oleh Allah. Alkitab menubuatkan bahwa bangsa Israel akan menjadi kedahsyatan, kiasan dan sindiran di antara segala bangsa (lihat Ul. 28:37). Dan adalah suatu fakta bahwa Israel adalah bangsa yang paling banyak didiskusikan sejak dahulu kala hingga sampai saat ini.


3. Bukti Dari Al-Quran

Al-Qur’an tidak pernah mengatakan secara eksplisit bahwa orang Kristen telah mengubah Alkitab. Ayat-ayat yang sering dikutip (Q.S. 2:63-121; 3:72; 4:44-48; 7:161-171) hanya berkata bahwa orang Yahudi menyelewengkan Kitab Suci. Menyelewengkan bukan berarti mengubahkan! Kemungkinan  faktor sikap hidup orang Kristen pada saat itu yang tidak sesuai dengan firman Allah. Penyelewengan itu kemungkinan disebabkan oleh penafsiran Alkitab yang tidak alkitabiah. Saya setuju bila hal seperti itu dimaksudkan sebagai penyelewengan firman Allah, bukan mengubahkannya. Sebaliknya terlihat banyak ayat yang positif mengenai Taurat, Zabur, dan Injil yang ada di tangan Muhammad SAW pada bagian pertama abad ketujuh Masehi.
Dalam ceramah pada kelas Islamologi, Jon Culver mendata kesaksian Al-Qur’an tentang keberadaan Taurat, Zabur dan Injil sebagai firman Tuhan, yaitu sebagai berikut: Pertama, Kitab Suci ada karena Allah menurunkannya (Q.S. 3:3, 4:163, 5:43, 17:55). Kedua, Taurat, Zabur dan Injil disebut sebagai Kitab Allah dan di dalamnya berisi pimpinan kebenaran dan cahaya yang terang: Q.S. 5:44, 46. Ketiga, Al-Qur’an memberi penegasan di mana, tidak seorangpun yang dapat menukarkan perkataan Allah (Al An’ Aam 6:34 band. Yunus 10:64). Menurut konteks An’ Aam 6:34, yang tidak dapat ditukar ialah Wahyu yang diturunkan kepada rasul-rasul sebelum nabi Muhamad. Artinya, Wahyu Allah yang diturunkan kepada seluruh rasul sebelum Muhammad ada, tidak akan pernah seorangpun dapat menukar atau mengubahkannya karena Allah akan menjaga secara seksama kitab-Nya. Lain halnya dengan tulisan-tulisan siapapun setelah Muhammad SAW, pastilah dapat diubahkan. Seluruh kitab dalam Alkitab ditulis sekitar enam abad jauh sebelum nabi Muhammad ada. Keempat, Kaum Yahudi dan Kristen diperintahkan untuk membaca dan patuh kepada Kitab suci. (Q.S. 5:68): Kaum Islam juga diperintahkan demikian, baik secara langsung maupun tidak langsung (Q.S. 2:136, 3:84, 4: 136, 29:46, 42: 15). Dan yang kelima, kalau Al-Qur’an dibaca secara seksama, maka tidak terdapat didalamnya satu ayatpun yang menyatakan bahwa TEKS Alkitab telah diubah, hilang atau dipalsukan.
Setelah membaca Al-Qur’an secara komprehensif, Thomas P. Hughes berhenti pada satu kesimpulan hipotesis bahwa: Ayat-ayat di dalam Al-Qur’an mengenai Kitab Suci orang Yahudi dan Kristen adalah amat banyak dan di dalam setiap ayat, Muhammad SAW membicarakan keberadaan Kitab Suci ini dengan hormat tinggi. Ia mengakui keilhamannya, mengakui adanya kitab-kitab ini di masanya sendiri dan memakainya untuk mendukung utusannya sendiri.


4. Bukti Arkeologis

Beberapa fakta arkeologis membuktikan kebenaran Alkitab secara validitas. Yang menarik, hasil penemuan arkeologis itu secara keseluruhan isinya sama dengan isi dan peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam Alkitab yang Kita miliki sekarang ini.
Pertama, 15.000 lempengan tanah liat yang belum lama ini ditemukan di Tell Merdikh yang membuktikan bahwa Sodom dan Gomora sebagai kota yang pernah ada.
Kedua, penemuan gulungan kitab di gua-gua Qumran yang terletak di sekitar Laut Mati, memberi kelegaan bagi umat Kristiani karena isinya sama dengan isi Alkitab kita sekarang ini. Beberapa gulungan kitab lainnya juga menjadi saksi mata seperti: Codex Alexsandrinus – di British Museum, London, ditulis 170 tahun sebelum hijria. Codex Sinaiticus – di British Museum, London, ditulis 270 tahun sebelum hijria. Codex Vaticanus – di perpustakaan Vatikan di kota Roma, ditulis 300 tahun sebelum hijria.
Ketiga, seluruh salinan yang tersimpan di museum berjumlah 5000 buah (yang ditulis dari abad 2 SM sampai abad 12 M) dan tidak menunjukkan perbedaan penulisan sampai hal yang sekecil-kecilnya.
            Data-data Arkeologis membuktikan bahwa tuduhan atau asumsi bahwa Alkitab telah diubah merupakan kekeliruan belaka karena tidak terdapat perubahan sama sekali mengenai isinya. Alkitab adalah firman Allah dan firman itu kekal adanya. Hakekat kekekalan Alkitab itulah yang akan menggagalkan kuasa-kuasa si jahat untuk merubah eksistensinya sebagai Kitab suci.
            Meragukan keabsahan Alkitab sebagai wahyu Allah karena naskah asli Alkitab sudah musnah, sebagai tindakan yang naif. Karena yang penting isi tulisan yang diturunkan bukan bahannya sendiri. Bukan disintegrasi tetapi isi tetap dipreservasi (bukan punah tetapi isi tetap terpelihara). Kekristenan menentang tegas praktek
Bibliolatri (Penyembahan Kitab Suci) tetapi menekankan agar umat Allah menjadi pelaku firman ( Mat. 7:24-27; Yak.1:22) dan menjadi dirinya sebagai kitab terbuka yang kehidupannya senantiasa indah dibaca oleh setiap orang (band. 2 Kor. 3:3).
            Mengakhiri tulisan ini, Saya merasa perlu untuk mengajak Kita semua mencermati pernyataan teolog besar Flavius Josephus perihal studi topik tentang ketidak berubahan Alkitab. Josephus berkata, Kita telah memberikan bukti praktis mengenai penghargaan atau penghormatan kita terhadap Kitab Suci yang kita miliki. Karena, meskipun berabad-abad telah lewat, akan tetapi tidak ada seorangpun yang memberanikan diri untuk menambah atau meniadakan, atau mengubah satu suku katanya. Sudah merupakan suatu naluri dalam diri setiap orang Yahudi sejak lahirnya untuk mengakui kitab-kitab itu sebagai firman Allah lalu patuh kepada firman-Nya dan jika perlu, dengan rela mati demi kitab-kitab itu. Berulang-ulang telah disaksikan bahwa para tahanan lebih suka menderita berbagai bentuk siksaan bahkan kematian di gelanggang, dari pada mengucapkan sepatah kata yang menentang kitab Taurat dan kitab-kitab dalam Kitab Suci.
            Jadi Alkitab yang ada pada Kita sekarang ini tidak ubahnya dengan Alkitab para nabi-nabi dahulu kala atau Kitab suci orang Kristen mula-mula, isinya tetap sama dan tidak diubahkan. Allah ijinkan naskah asli Alkitab dimusnahkan tetapi Ia tidak berkenan isinya juga termusnahkan. Memang Kaisar Romawi bernama Diocletianus telah membakar Alkitab asli (original text) jilid perjilid pada tahun 303 Masehi. Hal ini menjadi bagian dalam sejarah kekristenan yang tidak perlu ditutup-tutupi. Orang Kristen memang tidak memiliki teks asli Kitab Suci tetapi jangan pernah diabaikan bahwa sebelum yang asli dimusnahkan, bukankah sudah banyak salinan atau copy yang dibuat? Dengan musnahnya teks asli dan ditemukannya salinan-salinan abad permulaan, keakurasian di antara keduanya yakni teks aslinya dan juga salinannya membuktikan kewibawaan Alkitab sebagai firman Allah yang tidak dapat diubahkan.
            Jangan pernah ragu dengan keberadaan Alkitab sebagai firman Allah. Tetapi bersandar dan berpadananlah dengan perkataan Allah yang sudah dibukukan dalam Alkitab. Memang ada banyak cara Allah berkomunikasi kepada umat-Nya tetapi komunikasi Allah yang paling mutlak kepada umat-Nya ialah komunikasi melalui Alkitab. Sediakan waktu dalam tiap-tiap hari untuk merenungkan dan melakukan firman-Nya dengan sukacita, maka iman Kita akan bertumbuh (Rm. 10:17, band. Mat. 13:8), langkah kaki Kita akan mengarah kepada jalan dan kehendak Allah (Mzm. 119:9, 105) hingga segala pekerjaan yang akan Kita kerjakan akan dibuat Tuhan berhasil (Yos. 1:8; Mzm. 1:2-3).