Jumat, 01 Juni 2012

Apakah Pengorbaban Yesus Di Kayu Salib Kurang Lengkap?





Diskusi Korespondensi
 Bersama Pdt. Rudy R. Sirait, S.Th, MA.CE
Apakah Pengorbanan Yesus di Kayu Salib Masih Kurang Lengkap?

Mohon penjelasan Pak Dosen dari perkataan Paulus dalam Kolose 1:24, “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.” Yang menjadi pertanyaannya, sekarang di situ disebutkan ".....apa yang kurang" dan "pada penderitaan Kristus," .....???? apakah pengorbanan Tuhan Yesus diatas Kayu salib itu masih kurang, mengapa Paulus menulis begitu, Mohon jawabannya (Tugas Dwi Siswanto).

Syalom Pak Tugas Dwi Siswanto. Pertanyaan pak sangat baik. Saya akan menjawab apa yang pak pertanyakan, semoga dapat membantu untuk memahami apa yang dimaksudkan dalam Kolose 1:24.
Paulus sangat memahami konsep dan teologia kematian Kristus di kayu salib. Tidak sedikitpun terpikirkan dalam benaknya bahwa masih ada yang kurang dalam penderitaan dan pengorbanan Yesus di kayu salib. Kutuk yang diakibatkan karena dosa yang diperbuat oleh manusia telah lunas dan tuntas di bayar oleh Yesus melalui penderitaan dan kematian-Nya di kayu salib. Kata “kutuk” dosa di sini berarti segala kutuk, bukan sebagian dari kutuk atau kutuk-kutuk tertentu saja (lihat Gal. 3:13). Karena itulah dengan tegas Paulus mengatakan bahwa keselamatan adalah kasih karunia, bukan usaha dari manusia (lihat Ef. 2:8-9). Kotbah dan pengajaran Paulus juga mengarah kepada salib (1 Kor. 15:14; Gal. 6:14; 1 Kor. 2:2). Karena itulah ia senantiasa untuk berusaha mengenal dan memahami misteri salib tersebut (Flp. 3:10).
Kata kerja Yunani "antana pleroo" dalam Kolose 1:24 memang dapat diartikan "menggenapkan” atau “menambah suatu kekurangan yang berasal dari mana saja." Tetapi gagasan yang dimaksudkan oleh Paulus dalam ayat ini bukan menyatakan bahwa pengorbanan Yesus belum sempurna atau belum lengkap, tetapi yang dimaksudkannya adalah menggenapi atau melengkapi apa yang telah diperintahkan oleh Tuhan Yesus agar setiap pengikut-Nya memikul salib atau bersedia untuk hidup dalam penderitaan (lihat Mat. 10:24; Luk. 14:27).
Rasul Paulus telah menggenapi akan hal itu karena ia menyadari seutuhnya bahwa panggilan umat Kristiani bukan semata percaya kepada Kristus melainkan juga menderita untuk Kristus (lihat Rm. 8:17; Flp. 1:29; 3:10; 2 Tim. 3:12). Beberapa ahli teologia sering mengistilahkan hal ini sebagai “teologia penderitaan.” Bilamana ia atau setiap pengikut Kristus mau bersekutu dalam penderitaan-Nya, maka itulah yang dimaksudkan dalam Kolose 1:24 ini "menggenapkan dalam daging apa yang kurang pada penderitaan Kristus."
Secara terus terang rasul Paulus meyebutkan perihal banyaknya penderitaan yang dialaminya setelah ia memutuskan untuk menjadi pengikut Kristus (lihat 2 Kor. 11:24-27). Tetapi secara tegas pula ia mengatakan bahwa penderitaan yang dialami tidak sebanding dengan penderitaan Kristus dan kemuliaan yang kelak akan diterimanya bilamana ia bersedia menanggungnya dengan penuh sukacita. Kalau pun ia sanggup menanggung segala penderitaan yang dialami dalam hidupnya, semuanya itu tidak terlepas dari pertolongan Tuhan yang memberikan kemampuan dan jalan keluar kepadanya (2 Kor. 4:7-9; Flp. 4:13; 1 Kor. 10:13). Bagaimana, siap untuk menderita? Atau sebaliknya, ingin menjadi pengikut Kristus tetapi menolak penderitaan. Jalan salib bukanlah mudah, tetapi jalan salib haruslah dilalui agar kita dapat dikatakan layak menjadi murid Kristus. (RRS)