Benarkah Alkitab Telah Diubahkan?
Oleh: Pdt. Rudy R. Sirait, S.Th, MA.CE
Banyak
orang beranggapan bahwa Alkitab telah diubahkan. Asumsi mereka bahwa kaum
Yahudi bersama dengan orang Kristen telah mengubah kitab Injil, Zabur dan
Torah, sehingga tidak asli lagi. Akibatnya di mata mereka, Alkitab telah kehilangan
otoritas sebagai firman Allah.
Padahal bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa Alkitab adalah firman Allah yang
tidak pernah berubah. Tuduhan-tuduhan di atas, pada hakekatnya adalah tuduhan
palsu yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Karena itu sebagai umat
Kristiani janganlah bungkam, tetapi harus berani berapologetika, membela dan
membuktikan kebenaran Kristen tanpa arogansi dan kesombongan tentunya (band. 1 Ptr. 3 : 15).
Dalam bagian ini saya berusaha untuk memberi pertanggungjawaban atas
tuduhan-tuduhan yang melemahkan iman Kristiani melalui argumentasi ketidak
berubahan Alkitab. Sehingga dicapai suatu harapan dengan terbentuknya
suatu kesadaran bahwa tuduhan itu tidak benar adanya.
1. Bukti
Dalam Alkitab
Pertama, Alkitab sendiri menyatakan bahwa Allah yang mewahyukan secara khusus
kepada para penulisnya (Kel. 4:14-16; 2 Sam. 23:2; 2 Tim. 2:13-14). Ditegaskan
bahwa Wahyu yang keluar dari bibir-Nya tidak akan diubahkan (Mzm. 89:35). Dalam
Perjanjian Baru, Yesus kembali menegaskan tidak akan terjadi satu perubahan pun
dalam Hukum Taurat (Mat. 5:18).
Salah satu faktor yang menyebabkan bahwa tidak akan
pernah terjadi perubahan pada Kitab suci Alkitab oleh karena Alkitab itu
sendiri sebagai alat komunikasi Allah dengan umat-Nya. Tentulah Allah terlibat
secara permanen dalam menjaga kelestarian firman-Nya. Paul Enns dalam bukunya
berjudul The Moddy Hand book of Theology berkata bahwa, Wahyu bisa
diartikan sebagai tindakan Allah, untuk menyatakan diri, mengkomunikasikan
kebenaran kepada akal pikiran (manusia), sebuah cara memanifestasikan diri
kepada ciptaan-Nya tentang hal-hal yang tidak bisa diketahui dengan cara lain.
Karena Alkitab adalah media yang dipakai oleh Allah untuk menyatakan diri-Nya
pastilah Dia sendiri akan menjaga kelestarian Alkitab tersebut. Kemakuasaan
Allah tentunya tidak perlu untuk digarukan dalam hal ini.
Kedua, ada
3808 kali dalam Perjanjian Lama berupa pernyataan secara langsung: Allah
berfirman… Firman Allah… Kata Tuhan… dan ungkapan-ungkapan yang sejenis (Kel.
14:1; Ul. 32:48; Yes. 43:1; Yer. 11:1; Yl. 1:1). Perjanjian Baru juga
mereferensi melalui pernyataan tegas bahwa Alkitab adalah firman Allah
(Yoh.10:35; Mat. 15:6; I Kor. 2:13; I Tes. 2:13; Ibr. 4:12).
Ketiga,
pengilhaman tersebut meliputi per-kata, dan bukan per-bagian (Yer. 1:9; 2 Tim. 3:16; 2 Ptr. 1:21).
Mencermati kata Yunani mengenai istilah diilhamkan memiliki pengertian:
dinafaskan Allah atau dihembuskan oleh Allah. Gagasan, prinsip atau ilham
mutlak dan absolut berasal dari Allah. Dan seluruh penulis Alkitab
menuliskan ilham dari Allah tersebut dengan gaya tulisan dan kapasitas
intelektual mereka masing-masing. Tetapi di saat mereka menuliskan apa yang
diilhamkan Allah kepada para penulis kitab tentunya Allah senantiasa mengontrol
mereka sehingga tulisan mereka tidak salah namun benar adanya. Hal inilah yang
dipahami sebagai konsep pengilhaman Alkitab.
Keempat, Allah berfirman bahwa perkataan-Nya kekal, tidak akan berkesudahan
walaupun langit dan bumi akan berubah (band. Mat. 24:32; Mrk. 13:31; Why.
14:6), Sabda Allah itu tidak mungkin berubah!
2. Bukti
Akurasi Nubuatan Dalam Alkitab
Ketidak berubahan Alkitab juga bisa dibuktikan
dengan penggenapan nubuatan yang terjadi dalam sejarah. Akurasi nubuatan selalu
tergenapi seperti: Pertama, nubuatan bahwa Babel akan ditaklukan oleh Persia
(Yes. 13:19-21), digenapi pada tahun 539 Sebelum Masehi (SM), sedangkan Yesaya
yang menyampaikan nubuatan itu hidup sekitar tahun 700 SM. Kedua, nubuatan
Tirus (Yeh. 26:3-14) ditulis pada tahun 600 SM, dan lima abad kemudian pada
abad 13 nubutan ini digenapi ketika kaum Muslimin menyerang mereka. Ketiga,
adanya banjir besar yang akan menimpa Niniwe (Nah. 2:6) ditulis abad 9 SM dan
digenapi pada tahun 612 SM.
Keempat, nubuatan runtuhnya Bait Allah (Mat. 24:2)
yang diucapkan oleh Yesus sekitar tahun 30 Masehi (M). Nubuatan ini kemudian
digenapi pada tahun 70 M di mana Jenderal Titus menghancurkan kota Yerusalem
termasuk juga penghancuran bait Allah. Sejak saat itu hingga sekarang tidak
lagi ada Bait Allah yang merupakan kebanggaan bagi orang Yahudi. Beberapa
penafsir berspekulasi tentang pendirian kembali Bait Allah. Memang tidak ada
yang tahu kapan Bait Allah ini akan didirikan kembali, tetapi suatu hari Bait
Allah akan berdiri kembali. Kitab Wahyu menginformasikan bahwa nantinya Bait
Allah inilah yang menjadi wadah yang akan dipergunakan oleh Antikris untuk
mengendalikan manusia di masa kesusahan (tribulasi).
Kelima, nubuatan tentang orang tua yang makan anak
sendiri dalam Imamat 26:29, digenapi secara akurat. Akibat blokade dan
kelaparan, Josephus menulis tentang Miriam bat Eliezer yang merebus daging
putranya lalu dimakan (War of The Jews, 6:3,4). Akibat ketidak taatan
kepada Yahweh, Israel dinubuatkan akan tersebar kemana-mana (Im. 26:33; Ul.
28:64). Setelah penghancuran Bait Allah yang kedua kalinya bangsa Israel mulai
tersebar ke seluruh dunia. Tuhan yang penuh kasih menubuatkan bahwa bangsa
Israel yang tercerai berai itu akan kembali pulang ke negeri mereka (lihat Yeh.
39:25-28; Yes. 11:11)). Nubuatan ini sudah digenapi dan akan terus menerus
digenapi. Israel terbentuk sebagai bangsa lebih dari 3.000 tahun, lalu mereka
tercerai berai selama 2.000 tahun. Tanggal 14 Agustus 1948 menjadi catatan
sejarah di mana Israel menjadi bangsa yang merdeka secara nasional. Ajaibnya,
Israel tetap utuh sepanjang zaman meskipun mereka sempat tercerai berai.
Bangsa-bangsa kuno yang demikian sudah punah, tetapi Israel survive.
Selama hampir 2.000 tercerai berai tanpa ada organisasi nasional, tanpa tanah
air, tanpa negara dan tanpa kekuatan politik tetapi tetap utuh; mereka tidak
terserap karena direservasi oleh Allah. Alkitab menubuatkan bahwa bangsa Israel
akan menjadi kedahsyatan, kiasan dan sindiran di antara segala bangsa (lihat
Ul. 28:37). Dan adalah suatu fakta bahwa Israel adalah bangsa yang paling
banyak didiskusikan sejak dahulu kala hingga sampai saat ini.
3. Bukti
Dari Al-Quran
Al-Qur’an tidak pernah mengatakan secara eksplisit
bahwa orang Kristen telah mengubah Alkitab. Ayat-ayat yang sering dikutip (Q.S.
2:63-121; 3:72; 4:44-48; 7:161-171) hanya berkata bahwa orang Yahudi
menyelewengkan Kitab Suci. Menyelewengkan bukan berarti mengubahkan!
Kemungkinan faktor sikap hidup orang Kristen pada saat itu yang tidak
sesuai dengan firman Allah. Penyelewengan itu kemungkinan disebabkan oleh
penafsiran Alkitab yang tidak alkitabiah. Saya setuju bila hal seperti itu
dimaksudkan sebagai penyelewengan firman Allah, bukan mengubahkannya.
Sebaliknya terlihat banyak ayat yang positif mengenai Taurat, Zabur, dan Injil
yang ada di tangan Muhammad SAW pada bagian pertama abad ketujuh Masehi.
Dalam ceramah pada kelas Islamologi, Jon Culver
mendata kesaksian Al-Qur’an tentang keberadaan Taurat, Zabur dan Injil sebagai
firman Tuhan, yaitu sebagai berikut: Pertama, Kitab Suci ada karena Allah
menurunkannya (Q.S. 3:3, 4:163, 5:43, 17:55). Kedua, Taurat, Zabur dan Injil
disebut sebagai Kitab Allah dan di dalamnya berisi pimpinan kebenaran dan
cahaya yang terang: Q.S. 5:44, 46. Ketiga, Al-Qur’an memberi penegasan di mana,
tidak seorangpun yang dapat menukarkan perkataan Allah (Al An’ Aam 6:34
band. Yunus 10:64). Menurut konteks An’ Aam 6:34, yang tidak dapat ditukar
ialah Wahyu yang diturunkan kepada rasul-rasul sebelum nabi Muhamad. Artinya,
Wahyu Allah yang diturunkan kepada seluruh rasul sebelum Muhammad ada, tidak
akan pernah seorangpun dapat menukar atau mengubahkannya karena Allah akan
menjaga secara seksama kitab-Nya. Lain halnya dengan tulisan-tulisan siapapun setelah
Muhammad SAW, pastilah dapat diubahkan. Seluruh kitab dalam Alkitab ditulis
sekitar enam abad jauh sebelum nabi Muhammad ada. Keempat, Kaum Yahudi dan Kristen
diperintahkan untuk membaca dan patuh kepada Kitab suci. (Q.S. 5:68): Kaum
Islam juga diperintahkan demikian, baik secara langsung maupun tidak langsung
(Q.S. 2:136, 3:84, 4: 136, 29:46, 42: 15). Dan yang kelima, kalau Al-Qur’an
dibaca secara seksama, maka tidak terdapat didalamnya satu ayatpun yang
menyatakan bahwa TEKS Alkitab telah diubah, hilang atau dipalsukan.
Setelah membaca Al-Qur’an secara komprehensif,
Thomas P. Hughes berhenti pada satu kesimpulan hipotesis bahwa: Ayat-ayat di
dalam Al-Qur’an mengenai Kitab Suci orang Yahudi dan Kristen adalah amat banyak
dan di dalam setiap ayat, Muhammad SAW membicarakan keberadaan Kitab Suci ini
dengan hormat tinggi. Ia mengakui keilhamannya, mengakui adanya kitab-kitab ini
di masanya sendiri dan memakainya untuk mendukung utusannya sendiri.
4. Bukti
Arkeologis
Beberapa fakta arkeologis membuktikan kebenaran
Alkitab secara validitas. Yang menarik, hasil penemuan arkeologis itu secara
keseluruhan isinya sama dengan isi dan peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam
Alkitab yang Kita miliki sekarang ini.
Pertama, 15.000 lempengan tanah liat yang belum lama
ini ditemukan di Tell Merdikh yang membuktikan bahwa Sodom dan Gomora sebagai
kota yang pernah ada.
Kedua, penemuan gulungan kitab di gua-gua Qumran
yang terletak di sekitar Laut Mati, memberi kelegaan bagi umat Kristiani karena
isinya sama dengan isi Alkitab kita sekarang ini. Beberapa gulungan kitab
lainnya juga menjadi saksi mata seperti: Codex Alexsandrinus – di
British Museum, London, ditulis 170 tahun sebelum hijria. Codex Sinaiticus
– di British Museum, London, ditulis 270 tahun sebelum hijria. Codex
Vaticanus – di perpustakaan Vatikan di kota Roma, ditulis 300 tahun sebelum
hijria.
Ketiga, seluruh salinan yang tersimpan di museum
berjumlah 5000 buah (yang ditulis dari abad 2 SM sampai abad 12 M) dan tidak
menunjukkan perbedaan penulisan sampai hal yang sekecil-kecilnya.
Data-data Arkeologis membuktikan bahwa tuduhan atau asumsi bahwa Alkitab telah
diubah merupakan kekeliruan belaka karena tidak terdapat perubahan sama sekali
mengenai isinya. Alkitab adalah firman Allah dan firman itu kekal adanya.
Hakekat kekekalan Alkitab itulah yang akan menggagalkan kuasa-kuasa si
jahat untuk merubah eksistensinya sebagai Kitab suci.
Meragukan keabsahan Alkitab sebagai wahyu Allah karena naskah asli Alkitab
sudah musnah, sebagai tindakan yang naif. Karena yang penting isi tulisan yang
diturunkan bukan bahannya sendiri. Bukan disintegrasi tetapi isi tetap
dipreservasi (bukan punah tetapi isi tetap terpelihara). Kekristenan
menentang tegas praktek
Bibliolatri
(Penyembahan Kitab Suci) tetapi menekankan agar umat Allah menjadi pelaku
firman ( Mat. 7:24-27; Yak.1:22) dan menjadi dirinya sebagai kitab terbuka yang
kehidupannya senantiasa indah dibaca oleh setiap orang (band. 2 Kor. 3:3).
Mengakhiri tulisan ini, Saya merasa perlu untuk mengajak Kita semua mencermati
pernyataan teolog besar Flavius Josephus perihal studi topik tentang
ketidak berubahan Alkitab. Josephus berkata, Kita telah memberikan bukti
praktis mengenai penghargaan atau penghormatan kita terhadap Kitab Suci yang
kita miliki. Karena, meskipun berabad-abad telah lewat, akan tetapi tidak ada
seorangpun yang memberanikan diri untuk menambah atau meniadakan, atau mengubah
satu suku katanya. Sudah merupakan suatu naluri dalam diri setiap orang Yahudi
sejak lahirnya untuk mengakui kitab-kitab itu sebagai firman Allah lalu patuh
kepada firman-Nya dan jika perlu, dengan rela mati demi kitab-kitab itu.
Berulang-ulang telah disaksikan bahwa para tahanan lebih suka menderita
berbagai bentuk siksaan bahkan kematian di gelanggang, dari pada mengucapkan
sepatah kata yang menentang kitab Taurat dan kitab-kitab dalam Kitab Suci.
Jadi Alkitab yang ada pada Kita sekarang ini tidak ubahnya dengan Alkitab para
nabi-nabi dahulu kala atau Kitab suci orang Kristen mula-mula, isinya tetap
sama dan tidak diubahkan. Allah ijinkan naskah asli Alkitab dimusnahkan tetapi
Ia tidak berkenan isinya juga termusnahkan. Memang Kaisar Romawi bernama Diocletianus
telah membakar Alkitab asli (original text) jilid perjilid pada tahun 303
Masehi. Hal ini menjadi bagian dalam sejarah kekristenan yang tidak perlu
ditutup-tutupi. Orang Kristen memang tidak memiliki teks asli Kitab Suci tetapi
jangan pernah diabaikan bahwa sebelum yang asli dimusnahkan, bukankah sudah
banyak salinan atau copy yang dibuat? Dengan musnahnya teks asli dan
ditemukannya salinan-salinan abad permulaan, keakurasian di antara keduanya
yakni teks aslinya dan juga salinannya membuktikan kewibawaan Alkitab sebagai
firman Allah yang tidak dapat diubahkan.
Jangan pernah ragu dengan keberadaan Alkitab sebagai firman Allah. Tetapi
bersandar dan berpadananlah dengan perkataan Allah yang sudah dibukukan dalam
Alkitab. Memang ada banyak cara Allah berkomunikasi kepada umat-Nya tetapi
komunikasi Allah yang paling mutlak kepada umat-Nya ialah komunikasi melalui
Alkitab. Sediakan waktu dalam tiap-tiap hari untuk merenungkan dan melakukan
firman-Nya dengan sukacita, maka iman Kita akan bertumbuh (Rm. 10:17, band.
Mat. 13:8), langkah kaki Kita akan mengarah kepada jalan dan kehendak Allah
(Mzm. 119:9, 105) hingga segala pekerjaan yang akan Kita kerjakan akan dibuat
Tuhan berhasil (Yos. 1:8; Mzm. 1:2-3).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar